English French Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
Selasa, 21 Juni 2011

Ketika Pemerintah Cuek dengan Sungai Kapuas



13045130331621227661
Derungan mesin penyedot pasir terdengar memekakkan telinga, terlihat pria-pria bertubuh tegap dan berkulit gelap sedang memasukan pasir ke dalam bak truk dengan skop. Ini adalah sebagian dari aktifitas pertambangan pasir yang ada di kawasan Sungai Kapuas Kabupaten Sintang.
Tak jauh dari lokasi pertambangan sejumlah masyarakat terlihat sedang mandi dan mencuci pakaian. Sementara dibagian atasnya berjejer jamban. Masing-masing dari mereka sibuk dengan urusannya sendiri, tidak lagi perduli dengan apa yang terjadi di sekitarnya.
Dari hulu bongkahan kayu berukuran besar hanyut di tengah-tengah sungai, terlihat pula rumput-rumput liar yang mengiringinya. Tak ada kesan yang aneh, karena pemandangan seperti ini sudah biasa mereka saksikan setiap hari.
Pun demikian dengan kondisi sungai yang sudah terlihat keruh, tidak lagi menjadi persoalan yang perlu dicemaskan. Karena selama ini mereka merasa dalam keadaan baik-baik saja. Turun-temurun masyarakat di sekitar bantaran sungai ini memanfaatkan air tersebut untuk mandi dan mencuci, namun mereka tak pernah mengeluh sakit ataupun gatal-gatal.
Tepat di atas sungai Kapuas menghadap  arah utara terlihat sebuah gedung berdiri kokoh. Gedung tersebut merupakan kantor bupati Sintang yang merupakan pusat pemerintahan di daerah itu, di sebelah barat berdiri perkantoran, pendopo bupati dan kantor kodim Sintang. Namun semua tak bergeming, diam seribu bahasa.
Semuanya terlihat sepele, bahkan selama ini pemerintah tidak pernah menyinggung persoalan sungai. Padahal sungai yang menjadi urat nadi itu juga dipergunakan PDAM untuk menyuplai kebutuhan air bagi masyarakat di Sintang. Apakah menunggu sudah tercemar baru pemerintah akan melakukan tindakan??.
Sampai saat ini saya juga belum pernah mendengar reless yang disampaikan pemerintah berkenaan dengan kondisi sungai kapuas. Apakah sudah tercemar atau masih aman untuk dipergunakan. Jikapun belum seharusnya ada upaya pecegahan, supaya jangan sampai tercemar seperti yang terjadi pada sungai Kapuas di Pontianak.
Tercemar Mercuri
Bagaimana dengan sungai Kapuas di Pontianak? Dari hasil penelitian yang dilakukan ahli kimia UNTAN dilaporkan bahwa air sungai Kapuas positif telah tercemar oleh air raksa (mercury), bahan kimia untuk tambang emas.  Ikan sungai telah tercemar sehingga perlu dipertimbangkan untuk dikonsumsi. Dan kasus ini sudah berlangsung lama.
Selain itu, sumber air baku untuk PDAM Kota Pontianak tidak layak lagi digunakan karena air yang diproduksi telah mengandung mercury di atas ambang batas.
Pihak PDAM Pontianak secara tegas menolak hasil penelitian dari dua orang ahli tersebut. Sebab hasil penelitian yang dilakukan oleh tim dari PDAM menyatakan bahwa belum diketahui indikasi adanya zat beracun yang membahayakan itu mencemari sungai Kapuas.
Masyarakat menjadi bingung dan kemudian panik. Terlepas dari pihak mana yang benar, yang pasti air merupakan sumber kehidupan. Thales pernah berujar, bahwa awal terjadinya alam raya ini adalah berasal dari air. Air merupakan sumber sebuah kehidupan. Tanpa air mustahil ada kehidupan. Bahkan manusia diciptakan dari “air”.
Sungai kapuas adalah sarana tranportasi air yang sangat vital di daerah ini. Hilir mudik Kapal Motor dari dan ke Pontianak yang membawa keperluan kebutuhan hidup masyarakat di pedalaman telah lama menggunakan fasilitas air Sungai Kapuas. Sebelum sarana tranportasi jalan darat canggih seperti sekarang, sungai Kapuas merupakan sarana penghubung hilir mudik kendaraan kapal motor antara kota Pontianak dengan daerah pedalaman.
Di samping itu, sungai Kapuas pun menjadi simbol kebanggaan masyarakat Pontianak dan Kalimantan Barat. Hal ini terbukti, jika setiap pendatang yang singgah dan ingin menetap di kota ini acapkali disuguhi pepatah lama; “kalau belum minom ae’ kapoas, belum datang ke Pontianak”. Kini ungkapan itu seakan sirna setelah air sungai terpanjang di Indonesia itu telah tercemar mercury.
Dan harapan saya, Sungai Kapuas Sintang juga dilakukan penelitian, sehingga tidak ada kecemasan dari masyarakat. Dengan mengetahui lebih dini saya yakin akan lebih baik, ketimbang masyarakat tidak tahu sama sekali, sehingga mereka akan terus menggunakan air yang sudah tercemar. Semoga.

0 komentar:

Pop up my Cbox